Kamis, 10 Desember 2009

AUTISME

SUATU ANALISA TENTANG KELAINAN AUTISME

Menikah merupakan menyempurnakan setengah dien (agama), dan memiliki anak adalah penyempurna dari pernikahan tersebut. Anak yang sehat, lucu, dan pintar tentunya menjadi harapan setiap pasangan dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Namun bagaimana jika anak yang dilahirkan tidak merespon ketika dibunyikan kecrek, tidak menyahut ketika dipanggil, tidak menatap mata bunda ketika diajak bicara, atau bahkan tidak merasakan kehadiran orang lain di sekelilingnya. Hal ini akan menjadi sesuatu yang sangat memukul bagi kedua orang tua, karena bisa jadi kelainan seperti ini merupakan autisme dimana masyarakat mengetahuinya sebagai anak yang asyik dengan dunianya sendiri atau bahkan sebagian masyarakat yang belum paham akan kelainan ini menyebutnya anak yang gila karena keacuhannya akan dunia di luar dirinya sendiri.
Ketika Seseorang bertanya ?

1. Apa yang dimaksud dengan autis atau autisme?
2. Bagaimana prevalansi autisme?
3. Bagaimana cara mendiagnosis autisme pada anak?
4. Apa gejala umum yang dapat terjadi pada penyandang autisme?
5. Apa penyebab autisme?
6. Bagaimana cara mengenali kelainan autisme pada anak?
7. Bagaimana cara menangani anak autisme?

Dari semua pertanyaan di atas kita dapat menyimpulkan sebuah jawaban yang sangat singat namun bermanfaat untuk di mengerti.

1. Autis adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. serta gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Gangguan pervasife adalah gangguan yang berat dan meluas dalam area perkembangan, ditandai oleh abnormalitas kualitatif dalam interaksi sosial dan timbal balik, perkembangan bahasa dan perilaku, manifestasinya pada usia dini yaitu sebelum usia tiga tahun dan pada umumnya mempengaruhi era perkembangan lainnya.

2. Berdasarkan hasil penelitian, prevalansi autisme adalah 15-21 per 1000 anak. Jika mengacu pada hal tersebut, jumlah anak-anak di Indonesia saat ini adalah 40 juta jiwa maka dapat diperkirakan jumlah anak autis di Indonesia sekitar 60.000 anak. Apabila kelahiran anak setiap tahun sekitar 4,6 juta maka setiap tahun jumlah anak autis akan bertambah sekitar 6.900 anak. Hal ini sungguh patut diwaspadai karena saat ini jumlah penduduk di Indonesia mencapai lebih dari 200 juta jiwa dan angka kelahiran semakin melaju setiap tahunnya.

3. Rumusan diagnostis yang dipakai di seluruh dunia untuk menjadi panduan diagnosis anak autis adalah yang disebut Diagnostic and Statistical Manual (DSM-IV), yang dibuat oleh grup psikiatri dari Amerika. Dalam panduan tersebut berisi pengamatan perilaku anak-anak yang dapat mengarah pada kelainan autisme.

4. Sebenarnya dengan mempelajari kriteria diagnostik dari DSM-IV, para orang tua dapat mendiagnosis anaknya yang menyandang autisme. Akan tetapi setiap penyandang autisme memiliki pola khusus yang disebut Autism Spectrum Disorders (ASD), menyebabkan adanya perbedaan perilaku antara yang satu dengan yang lainnya. Gejala autis tidak terjadi secara seragam atau bertingkat seperti kasus penyakit lainnya, namun pola yang terjadi sangat beragam dan bervariasi. Walaupun demikian tetap dapat dilihat 3 karakteristik utama yaitu defisit komunikasi, defisit tingkah laku sosial dan tingkah laku yang stereotip.
Beberapa atau keseluruhan karakteristik yang disebutkan berikut ini dapat diamati pada para penyandang autisme beserta spektrumnya baik dengan kondisi yang teringan hingga terberat sekalipun.
a). Hambatan dalam komunikasi, misal: berbicara dan memahami bahasa.
b). Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain atau obyek di sekitarnya serta menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi.
c). Bermain dengan mainan atau benda-benda lain secara tidak wajar.
d). Sulit menerima perubahan pada rutinitas dan lingkungan yang dikenali.
e). Gerakkan tubuh yang berulang-ulang atau adanya pola-pola perilaku yang tertentu

5. Autisme pada awalnya diduga merupakan kelainan psikis pada anak yang disebabkan oleh pola pengasuhan yang salah. Namun penelitian berkembang dan mengarah pada kesimpulan bahwa autisme adalah kelainan fisik yang berkaitan dengan kelainan anatomi tubuh anak. Hal ini dibuktikan dengan penelitian dari para ahli yang menyebutkan bahwa penyebab autisme terdiri dari faktor genetika, faktor perinatal, gangguan biokimiawi otak, gangguan neuroanatomi dan gangguan metabolisme.

6. Cara mengenali kelainan autisme pada anak dapat melalui deteksi dini dan skrening pada anak dengan mengamati perilakunya yang dimulai dari sejak lahir hingga usia 5 tahun,

7. Penanganan anak autis dapat dilakukan dengan mengikutsertakan anak pada beberapa terapi yang telah dianjurkan para ahli. Terapi ini mungkin tidak langsung terasa dampak kemajuan perkembangan anak. Akan tetapi ketekunan dan kesabaran dapat membuahkan hasil yang sangat menakjubkan. Adapun jenis-jenis terapi yang dianjurkan adalah:

a). Applied Behavioral Analysis (ABA) yaitu memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positif reinforcement (hadiah/ pujian).

b). Terapi Wicara yaitu memberikan pelatihan cara berkomunikasi yang berkaitan
dengan bahasa anak.

c). Terapi Okupasi yaitu pelatihan pada penguasaan motorik halus anak.

d). Terapi Fisik yaitu pelatihan pada penguasaan motorik kasar anak.

e). Terapi Bermain yaitu memberikan pertolongan tentang cara atau pola bermain pada usianya yang dapat membantunya dalam berinteraksi sosial dengan teman sebayanya.

f). Terapi perilaku yang mengupayakan untuk melakukan perubahan pada anak autistik dalam arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang berkekurangan (belum ada) ditambahkan.

g). Terapi Perkembangan yang artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, selain itu dapat ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan intelektualnya.

h). Terapi Visual yang didasarkan pada Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers).

i). Terapi Biomedik yaitu mencari semua gangguan yang berkaitan dengan gangguan metabolismenya dalam tubuhnya yang mempengaruhi susunan saraf pusat sedemikian rupa sehingga fungsi otak terganggu. Bila ditemukan maka harus diperbaiki supaya diharapkan fungsi susunan saraf pusat bisa bekerja dengan lebih baik sehingga gejala-gejala autisme berkurang atau bahkan menghilang.

j). Terapi Integrasi sensoris yaitu pelatihan untuk mengolah dan mengartikan seluruh rangsang sensoris yang diterima dari tubuh maupun lingkungan, dan kemudian menghasilkan respons yang terarah.
Ketika Seorang Anak mengidap ganguan spektrum autisme, langkah-langkah yang dilakukannya adalah sebagai berikut :
• Upayakan agar anak Anda mendapatkan pelayanan khusus dan mulailah menyiapkan semua kebutuhannya.
• Hentikan produk susu, karena di dalamnya terdapat kasein (protein susu) yang dapat memicu perilaku autisme. Jenis-jenis makanan yang mengandung produk susu adalah:

a). Susu
b). Susu bubuk
c). Susu tanpa lemak
d). Susu kambing
e). Mentega
f). Keju
g). Yoghurt
h). Kasein, kaseinat
i). Laktosa
j). Whey

• Hubungi orang tua lain yang sama-sama memiliki anak autis untuk lebih mendapatkan berbagai masukan dalam memperbaiki perkembangan anak Anda.
• Hilangkan gluten yang merupakan protein yang berasal dari gandum.
• Pesan pengujian asam organik air seni. Hal ini untuk mengetahui kadar ragi/ jamur dalam sistem saluran pencernaan anak Anda.
• Kenali alergen lain dan hilangkan dari diet. Anak autis umumnya mengidap multiple food alergy (alergi berbagi macam makanan). Di samping produk susu dan gluten, banyak anak autistik tidak bisa mentoleransi:

a). jagung
b). jeruk
c). kedelai
d). anggur merah
e). putih telur
f). buah dan sayuran berwarna
g). tomat
h). daging sapi

• Cobalah beberapa suplemen lain yang dilaporkan bermanfaat bagi pengidap autisme seperti vitamin C, B6 dengan magnesium, DiMethyl Glycine (DMG), pycnogenol, glutamine, glutathione, dan beberapa suplemen makanan lain.
Semoga isi tulisan ini bermanfaat baagi orang tua yang anaknya mengidap gangguan autisme serta bermanfaat bagi pembaca.

Saya Ucapkan Terima Kasih,
sumber library Search (studi pustaka) merupakan metode yang digunakan dalam penulisan tentang Autisme atau Autis.


arab ( ANUGRAH ILAHI )